Label

Selasa, 24 Januari 2012

KURIKULUM DAN GURU DALAM PERSPEKTIF BUDAYA


KURIKULUM DAN GURU DALAM PERSPEKTIF BUDAYA

A.    KURIKULUM DALAM BUDAYA MASA KINI
Tiga fakta dalam budaya Amerika Serikat sekarang menimbulkan isu-isu-isu penting bagi kurikulum antara lain karena:
      1.  kebudayaan Amerika berubah demikian cepat
      2.  kebudayaan bertumbuh lebih kompleks
      3.  banyak orang Amerika dilahirkan dengan kesempatannyang terbatas untuk memasuki kebudayaan kelas menengah yang dominan.
Kurikulum Untuk Suatu Kebudayaan yang Berubah
Masalah: Dalam sebuah kebudayaan yang stabil, pengetahuan biasanya disampaikan secara vertikal dari anggota-anggota masyarakat yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda. Bahkan dalam kebudayaan yang lebih dinamis seperti kebudayaan Amerika, pendidikan formal mengikuti pola itu, pengetahuan yang telah diji oleh yang tua, disampaikan oleh yang tua, guru yang berpengalaman, kepada yang muda siswa yang belum berpengalaman. Sebagai hasilnya, makin banyak pengetahuan yang disampaikan ”secara harfiah” dari yang tahu kepada yang belum tahu tanpa memandang umur. Anak-anak, umpamanya, mengatakan kepada neneknya tentang eksplorasi ruang angkasa atau menunjukkan kepada meraka bagaimana merawat televisi. Teknisi muda menjelaskan peralatan baru tidak henti-hentinya merubah hidup mereka, dll. Kebanyakan orang Amerika secara formal dididik sampai pada umur 18 tahun, dan pendidikna ini diharapkan cukup bagi mereka untuk kehidupan seterusnya. Dalam kebudayaan yang relatif statis para pendidik dapat beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan dan kondisi-kondisi masyarakat tidak berubah sangat radikal dalam satu masa kehidupan. Kurikulum tidak dapat berubah terlalu banyak, karena perubahan yang terlalu radikal akan melemahkan hubungan antara berbagai kelompok umur yang dididik dengan mata kajian/mata pelajaran yang berbeda. Sekarang satu dari kekuatan utama yang mendorong perubahan kebudayaan dan selanjutnya mendorong perubahan kurikulum adalah sain dan penggunaannya dalam teknologi. Sekolah sekarang mesti mendidik siswa-siswanya sehingga mereka dapat menyesuaikan diri terhadap kejadian-kejadian di masa depan yang tidak dapat diramalkan yang pasti akan terjadi dalam masa hidup meraka. Sebagaimana dikatakan Margaret Mead, ”Tidak seorangpun akan menjalani semua kehidupannya di dunia seperti waktu ia dilahirkan, dan tidak seorangpun akan mati di dunia seperti waktu ia bekerja ketika ia dewasa”.
Pemecahan Kaum Progresif
Para pendidik progresif mempertahankan bahwa untuk menyesuaikan pendidikan Amerika dengan umum dan khusus kepada kebudayaan masa kini. Dari pendidikan umum siswa-siswa harus mendapatkan latihan intelektual dan pengetahuan dasar yang diperlukan mereka umtuk mengerti keadaan sekarang dan perubahan-perubahan masa depan. Dari kurikulum umum, dia harus memperoleh hirarki nilai-nilai, tidak absolut tetapi agak terbuka terhadap revisi-revisi, berdasarkan hirarki ini dia akan dapat memutuskan apakah akan menerima baik, menyetujui, atau menolak perubahan tertentu. Umpamanya, dia harus membentuk standarnya sendiri tentang moralitas umum dan pribadinya sendiri. Jika kedua jenis kurikulum berhubungan dengan kebudayaan masa kini, tapi dari titik pandang yang berbeda, siswa-siswa akan belajar bagaimana menilai berbagai situasi budaya pada waktu bersamaan sehingga dia belajar teknik-teknik bagaimana mengambil keputusan. Kurikulum sekolah lanjutan menurut kebanyakan pengikut progresif  harus menetapkan ilmu sosial yang penting yang dapat menggambarakn dunia dewasa ini lebih baik dari bentuk pelajaran-pelajaran dalam masalah-masalah demokrasi Amerika, yang berhubnungan dengan hal-hal yang bersifat madsa kini seperti kejahatab, perceraian, kenakalan remaja, pemisahan ras, dsb. Akhirnya menurut pandangan progresif kurikulum mesti berkembang terus-menerus. Karena perubahan melipat gandakan fungsi-fungsi yang harus diisi dalam masyarakat dan juga pengetahuan diperlikan untuk mengisinya, sekolah harus mengajarkan mata pelajaran baru tersebut sebagai yang diperlukan.
Pemecahan Kaum Konservatif
Para pendidik konservatif mempertahankan bahwa dalam masa-masa perubahan yanag cepat pendidikan harus bertindak sebagai kekuatan yang menstabilkan. Menurut kaum konservatif, kekacauan yang ada dalam kebudayaan kita tidak dapat menjadi alasan untuk membingungkan anak-anak. Makin cepat tingkat perubahan, anak-anak semakin memerlukan sejumlah pengetahuan dan prinsip-prinsip yang secara radikal tidak perlu berubah, betapa banyakpun dia ditambah atau disaring. Menyelaraskan anak terhadap perubahan dengan menggunakan sebuah fokus pada masalah-masalah masa kini mempunyai kelemahan–kelemahan antara lain hal tersebut bersifat selektis, menguntungkan kurikulum pada keadaan kebudayaan dan bukan para prinsip-prinsip bagi menentukan apa yang berharga dipelajari dari kebudayaan. Dan juga mengabaikan banyak hal dalam warisan budaya yang perlu bagi peninjauan yang matang untuk kebudayaan sekarang dan masa depan, dan menggantinya dengan ”sebuah keserasian routine dengan masalah-masalah dna ketegangan-ketegangan kehidupan modern”. Akhirnya dengan menjadikan sekolah sebagai ”sebuah forum bagi diskusi isu-isu masa kini”, sekolah akan membuka dirinya bagi tekanan-tekanan kelompok-kelompok kepentingan yang bersaingan.  
Dapatkah Sekolah Mengajarkan Keseluruhan Kebudayaan
Masalah: Dengan pendudu yang banyak, dengan kompleksitas dan spesialisasi yang demikian besar, dan dengan peningkatan konsentrasi kekuasaan, peradaban industri modermn secara progresif telah mengurangi cakkupan pengalaman pribadi. Fragmentasi pengetahuan dan fungsi mengancam masyarakatdengan kekacauan. Ancaman trutama terasa akut dalam demokrasi, dimana isu-isu umum sekarang demikian banyak dan kompleks sehingga pengalaman biasa seseorang tidak bisa menjadi ukuran untuk menghargai/menilainya. Sekarang, menjadi tanggung jawab pendidikan untuk mempersiapkan individu-individu dengan pengertian tentang eleme-elemen  penting dari kebudayaannya karena pemgalaman pribadinya saja tidak akan pernah secara langsung memberitahukannya, dan dengan berbuat demikian, memberinya beberapa konsep-konsep tentang kebudayaannya sebagai satu keseluruhan.
Pemecahan Kaum Progresif
Usul golongan progresif ialah dengan menggunakan pendekatan sekolah dasar yang lebih umum sampai ke tingkat lanjutan melalui penggunaan kurikulum inti dalam pendidikan umum. Theodore Brameld, telah mengusulkan satu kurikulum umum ynag dipadukan dalam bentuk tatanan urutan kebudayaan yang dikemukakan oleh antropologi, bahwa kurikulum harus difokuskan kepada hubnungan-hubungan manusia dalam tiga bidang budaya yaitu yang pertama famili, sex, dan hubungan orang demi orang. Yang kedua, agama, kelas, kasta, dan kelompok-kelompok status, dan yang ketiga, kawasan daerah, bangsa-bangsa dan sistem-sistem dan keseluruhan kebudayaan. Jika sebuah program harus lebih terintegrasi daripada kurikulum akademis tradisional, program tersebut harus memadukan elemen-elemenyang beragam dalam bentuk konfigurasi yang luas dari kebudayaan.
Pemecahan Kaum Konervatif
Berlawanan dengan pandangan kaum progresif, para pendidik konservtif mempertahankan bahea kebudayaan masa kiini terlalu luas dan komplek untuk dimengerti melalui penelitian berbagai masalahnya. Sebelum dia dapat memecahkan masalah-masalah demikian, siswa-sisw harus pertama-tama menangkap prinsip-prinsip umum dari berbagai cabang ilmu ke dalam mana fenomena alam dan budaya telah dibagi-bagi utuk maksud penelitian, yaitu prinsip-prinsip disiplin intelektual yang utama. Pengikut konservatif etuju dengan kaum progresif tentang kebutuhan akan sebuah kurikulum yang terpadu untuk mengatasi masalah fragmentasi pengetahuan dan kebudayaan dewasa ini. Fungsi sekolah yang sebenarnya adalah untuk menolong orang muda untuk sementara berdiri terpisah dari sebuah komplek masalah ketika ia menganalisanya dan menyusun strategi untuk menghadapi berbagai elemen-elemennya. Mereka membagi-bagi masalah hidup yang ada menjadi problem-problem yang terpisah-pisah yang dapat diselesaikan oleh metode-metode khusus yang tepat. Pengikut konservatif percaya bahwa pendidikan harus melalui tahap-tahap yang berbeda.
Mendidik Orang-orang Yang Kurang Beruntung Secara Budaya
Masalah: mendidik orang-orang yang kurang beruntung secara budaya telah lama menjadi masalah di Amerika, tetapi dua faktor istimewa telah lama menjadi masalah ini dalam tahun akhir. Yang pertama adalah kecenderungan urbanisasiyang terus-menerus, yang kedua adalah menurunnya kualitas pusat kota yang disebabkan oleh perpindahan golongan kelas menengah kulit putih ke daerah sub urban dan berbondongnya orang miskin dari daerah pedalaman. Siapakah yang dikatakan murid yang miskin budaya? Mereka umumnya berasal dari kelas bawah dan yang secara akademis terkebelakang. Orang tua mereka tidak sanggup memberi mereka latar belakang dan persiapan yang perlu bagi nelajar formal, seperti yang biasanya diberikan oleh orang tua anak-anak kelas menengah. Mereka memiliki sedikitperasaan bahwa masyarakat sebagai keseluruhan menaruh perhatian terhadap mereka. Akibaatnya, mereka sering mengalami kesulitan besr dalam menyesuaikan diri terhadap dunia luar maupun sekolah-sekolah yang dipenuhi oleh nilai-nilai kelas menengah.

B.    GURU DALAM KEBUDAYAAN MASA KINI
Status Guru
Penduduk yang lebih terdidik memerlukan guru-guru yang lebih terlatih dan terspesialisasi dan lebih penting bagi masyarakat, mengajar menjadi makin profesional, karena sekarang guru-guru mesti lebih berpengetahuan dan lebih sadar akan tanggung jawab mereka terhadap masyarakat. Sebuah profesi harus mengawasi tidak hanya latihan anggota-anggota tetapi juga tingkah laku anggota-anggota tersbut. Seorang profesional seharusnya juga sangup membuat keputusan-keputusan penting. Dewan pendidiakn, biasanya memutuskan mata pelajaran apa yang akan diajarkan dan dengan texbook apa, dan sangat sering kepala sekolah menaikkan dan menentukan kelas murid-murid. Kebebasan guru-guru juga dibatasi oleh berbagai spesialis pendidikan, seperti conselor, pengawas dan pelaksana statis. Lumrah apabila pendidik ingin meningkatkan standing profesional mereka . Salah satu cara ialah dengan memiliki suara yang lebih besar dalam memilih kolega mereka. Yang lain adalah dengan memperbaiki kualitas guru-guru.
Otoritas Guru
Pada peralihan abad ini peran orang tua dan guru dengan tajam dibagi. Guru diharapkan untuk melatih intelek dan seni sastra. Adalah hak guru untuk memperkembangkan interes khusus dalam diri siswa-siswanya, tetapi hanya secara formal. Guru-guru harus memperhatikan siapa teman-teman mereka, kegiatan luas sekolah mereka, serta penyesuaian sosial dan psikologis. Pada waktu yang bersamaan, jarak sosial antara guru dan murid menjadi semakin sempit. Secara tradisional guru dianggap sebagai pemelihara warisan budaya. Tugasnya adalah menyampaiakn elemen-elemen warisan budaya apapun yang kelihatannya cuklup penting untuk dipelihara. Bagi penganut aliran progresif tugas guru adalah sebagian yang menyangkut pemeliharaan warisan budaya, tetapi yang sebagian lagi mempertanyakan tradisi budaya dengan menolong generasi muda berfikir secara kritis bagi diri mereka sendiri tentang masalah-masalah dunia dewasa ini. Guru harus menjadi seorang pembimbing yang akan menolong siswa-siswa yang sedang melakukan explorasi memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dengan memberi nasehat kepadanya bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut. Menurut kebanyakan pengeritik paham progresif, guru tidak seharusnya menjadi seorang pembimbing kepada siapa siswa-siswa minta bantuan, tetapi guru-guru seharusnya menjadi instruktor yang harus didengarnya. Gurulah yang harus memutuskan apa dan berapa banyak yang harus dipelajari. Pendidik konservatif mempercayai bahwa hal-hal yang harus dipelajari harus menjadi kriteria untuk menentukan perhatian apa yang harus dibangkitkan dalam diri siswa.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar