KURIKULUM DAN GURU DALAM PERSPEKTIF BUDAYA
A.
KURIKULUM DALAM BUDAYA MASA KINI
Tiga fakta
dalam budaya Amerika Serikat sekarang menimbulkan isu-isu-isu penting bagi
kurikulum antara lain karena:
1. kebudayaan Amerika berubah demikian cepat
2. kebudayaan bertumbuh lebih kompleks
3. banyak orang Amerika dilahirkan dengan
kesempatannyang terbatas untuk memasuki kebudayaan kelas menengah yang dominan.
Kurikulum Untuk Suatu Kebudayaan yang Berubah
Masalah: Dalam sebuah
kebudayaan yang stabil, pengetahuan biasanya disampaikan secara vertikal dari
anggota-anggota masyarakat yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda. Bahkan
dalam kebudayaan yang lebih dinamis seperti kebudayaan Amerika, pendidikan
formal mengikuti pola itu, pengetahuan yang telah diji oleh yang tua, disampaikan
oleh yang tua, guru yang berpengalaman, kepada yang muda siswa yang belum
berpengalaman. Sebagai hasilnya, makin banyak pengetahuan yang disampaikan
”secara harfiah” dari yang tahu kepada yang belum tahu tanpa memandang umur.
Anak-anak, umpamanya, mengatakan kepada neneknya tentang eksplorasi ruang
angkasa atau menunjukkan kepada meraka bagaimana merawat televisi. Teknisi muda
menjelaskan peralatan baru tidak henti-hentinya merubah hidup mereka, dll.
Kebanyakan orang Amerika secara formal dididik sampai pada umur 18 tahun, dan
pendidikna ini diharapkan cukup bagi mereka untuk kehidupan seterusnya. Dalam
kebudayaan yang relatif statis para pendidik dapat beranggapan bahwa
kebutuhan-kebutuhan dan kondisi-kondisi masyarakat tidak berubah sangat radikal
dalam satu masa kehidupan. Kurikulum tidak dapat berubah terlalu banyak, karena
perubahan yang terlalu radikal akan melemahkan hubungan antara berbagai
kelompok umur yang dididik dengan mata kajian/mata pelajaran yang berbeda. Sekarang
satu dari kekuatan utama yang mendorong perubahan kebudayaan dan selanjutnya
mendorong perubahan kurikulum adalah sain dan penggunaannya dalam teknologi.
Sekolah sekarang mesti mendidik siswa-siswanya sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri terhadap kejadian-kejadian di masa depan yang tidak dapat
diramalkan yang pasti akan terjadi dalam masa hidup meraka. Sebagaimana
dikatakan Margaret Mead, ”Tidak seorangpun akan menjalani semua kehidupannya di
dunia seperti waktu ia dilahirkan, dan tidak seorangpun akan mati di dunia seperti
waktu ia bekerja ketika ia dewasa”.
Pemecahan Kaum Progresif
Para pendidik progresif mempertahankan bahwa untuk
menyesuaikan pendidikan Amerika dengan umum dan khusus kepada kebudayaan masa
kini. Dari pendidikan umum siswa-siswa harus mendapatkan latihan intelektual
dan pengetahuan dasar yang diperlukan mereka umtuk mengerti keadaan sekarang
dan perubahan-perubahan masa depan. Dari kurikulum umum, dia harus memperoleh
hirarki nilai-nilai, tidak absolut tetapi agak terbuka terhadap revisi-revisi,
berdasarkan hirarki ini dia akan dapat memutuskan apakah akan menerima baik,
menyetujui, atau menolak perubahan tertentu. Umpamanya, dia harus membentuk
standarnya sendiri tentang moralitas umum dan pribadinya sendiri. Jika kedua
jenis kurikulum berhubungan dengan kebudayaan masa kini, tapi dari titik
pandang yang berbeda, siswa-siswa akan belajar bagaimana menilai berbagai
situasi budaya pada waktu bersamaan sehingga dia belajar teknik-teknik
bagaimana mengambil keputusan. Kurikulum sekolah lanjutan menurut kebanyakan
pengikut progresif harus menetapkan ilmu
sosial yang penting yang dapat menggambarakn dunia dewasa ini lebih baik dari
bentuk pelajaran-pelajaran dalam masalah-masalah demokrasi Amerika, yang
berhubnungan dengan hal-hal yang bersifat madsa kini seperti kejahatab,
perceraian, kenakalan remaja, pemisahan ras, dsb. Akhirnya menurut pandangan
progresif kurikulum mesti berkembang terus-menerus. Karena perubahan melipat
gandakan fungsi-fungsi yang harus diisi dalam masyarakat dan juga pengetahuan
diperlikan untuk mengisinya, sekolah harus mengajarkan mata pelajaran baru
tersebut sebagai yang diperlukan.
Pemecahan Kaum Konservatif
Para pendidik konservatif mempertahankan bahwa dalam
masa-masa perubahan yanag cepat pendidikan harus bertindak sebagai kekuatan yang
menstabilkan. Menurut kaum konservatif, kekacauan yang ada dalam kebudayaan
kita tidak dapat menjadi alasan untuk membingungkan anak-anak. Makin cepat
tingkat perubahan, anak-anak semakin memerlukan sejumlah pengetahuan dan
prinsip-prinsip yang secara radikal tidak perlu berubah, betapa banyakpun dia
ditambah atau disaring. Menyelaraskan anak terhadap perubahan dengan
menggunakan sebuah fokus pada masalah-masalah masa kini mempunyai
kelemahan–kelemahan antara lain hal tersebut bersifat selektis, menguntungkan
kurikulum pada keadaan kebudayaan dan bukan para prinsip-prinsip bagi
menentukan apa yang berharga dipelajari dari kebudayaan. Dan juga mengabaikan
banyak hal dalam warisan budaya yang perlu bagi peninjauan yang matang untuk
kebudayaan sekarang dan masa depan, dan menggantinya dengan ”sebuah keserasian
routine dengan masalah-masalah dna ketegangan-ketegangan kehidupan modern”.
Akhirnya dengan menjadikan sekolah sebagai ”sebuah forum bagi diskusi isu-isu
masa kini”, sekolah akan membuka dirinya bagi tekanan-tekanan kelompok-kelompok
kepentingan yang bersaingan.
Dapatkah Sekolah Mengajarkan Keseluruhan Kebudayaan
Masalah: Dengan
pendudu yang banyak, dengan kompleksitas dan spesialisasi yang demikian besar,
dan dengan peningkatan konsentrasi kekuasaan, peradaban industri modermn secara
progresif telah mengurangi cakkupan pengalaman pribadi. Fragmentasi pengetahuan
dan fungsi mengancam masyarakatdengan kekacauan. Ancaman trutama terasa akut
dalam demokrasi, dimana isu-isu umum sekarang demikian banyak dan kompleks
sehingga pengalaman biasa seseorang tidak bisa menjadi ukuran untuk
menghargai/menilainya. Sekarang, menjadi tanggung jawab pendidikan untuk
mempersiapkan individu-individu dengan pengertian tentang eleme-elemen penting dari kebudayaannya karena pemgalaman
pribadinya saja tidak akan pernah secara langsung memberitahukannya, dan dengan
berbuat demikian, memberinya beberapa konsep-konsep tentang kebudayaannya
sebagai satu keseluruhan.
Pemecahan Kaum Progresif
Usul golongan progresif ialah dengan menggunakan
pendekatan sekolah dasar yang lebih umum sampai ke tingkat lanjutan melalui
penggunaan kurikulum inti dalam pendidikan umum. Theodore Brameld, telah
mengusulkan satu kurikulum umum ynag dipadukan dalam bentuk tatanan urutan
kebudayaan yang dikemukakan oleh antropologi, bahwa kurikulum harus difokuskan
kepada hubnungan-hubungan manusia dalam tiga bidang budaya yaitu yang pertama
famili, sex, dan hubungan orang demi orang. Yang kedua, agama, kelas, kasta,
dan kelompok-kelompok status, dan yang ketiga, kawasan daerah, bangsa-bangsa
dan sistem-sistem dan keseluruhan kebudayaan. Jika sebuah program harus lebih
terintegrasi daripada kurikulum akademis tradisional, program tersebut harus
memadukan elemen-elemenyang beragam dalam bentuk konfigurasi yang luas dari
kebudayaan.
Pemecahan Kaum Konervatif
Berlawanan dengan pandangan kaum progresif, para
pendidik konservtif mempertahankan bahea kebudayaan masa kiini terlalu luas dan
komplek untuk dimengerti melalui penelitian berbagai masalahnya. Sebelum dia
dapat memecahkan masalah-masalah demikian, siswa-sisw harus pertama-tama
menangkap prinsip-prinsip umum dari berbagai cabang ilmu ke dalam mana fenomena
alam dan budaya telah dibagi-bagi utuk maksud penelitian, yaitu prinsip-prinsip
disiplin intelektual yang utama. Pengikut konservatif etuju dengan kaum
progresif tentang kebutuhan akan sebuah kurikulum yang terpadu untuk mengatasi
masalah fragmentasi pengetahuan dan kebudayaan dewasa ini. Fungsi sekolah yang
sebenarnya adalah untuk menolong orang muda untuk sementara berdiri terpisah
dari sebuah komplek masalah ketika ia menganalisanya dan menyusun strategi
untuk menghadapi berbagai elemen-elemennya. Mereka membagi-bagi masalah hidup
yang ada menjadi problem-problem yang terpisah-pisah yang dapat diselesaikan oleh
metode-metode khusus yang tepat. Pengikut konservatif percaya bahwa pendidikan
harus melalui tahap-tahap yang berbeda.
Mendidik Orang-orang Yang Kurang Beruntung Secara Budaya
Masalah: mendidik
orang-orang yang kurang beruntung secara budaya telah lama menjadi masalah di
Amerika, tetapi dua faktor istimewa telah lama menjadi masalah ini dalam tahun
akhir. Yang pertama adalah kecenderungan urbanisasiyang terus-menerus, yang
kedua adalah menurunnya kualitas pusat kota yang disebabkan oleh perpindahan
golongan kelas menengah kulit putih ke daerah sub urban dan berbondongnya orang
miskin dari daerah pedalaman. Siapakah yang dikatakan murid yang miskin budaya?
Mereka umumnya berasal dari kelas bawah dan yang secara akademis terkebelakang.
Orang tua mereka tidak sanggup memberi mereka latar belakang dan persiapan yang
perlu bagi nelajar formal, seperti yang biasanya diberikan oleh orang tua
anak-anak kelas menengah. Mereka memiliki sedikitperasaan bahwa masyarakat
sebagai keseluruhan menaruh perhatian terhadap mereka. Akibaatnya, mereka
sering mengalami kesulitan besr dalam menyesuaikan diri terhadap dunia luar
maupun sekolah-sekolah yang dipenuhi oleh nilai-nilai kelas menengah.
B.
GURU DALAM KEBUDAYAAN MASA KINI
Status Guru
Penduduk yang lebih terdidik memerlukan
guru-guru yang lebih terlatih dan terspesialisasi dan lebih penting bagi
masyarakat, mengajar menjadi makin profesional, karena sekarang guru-guru mesti
lebih berpengetahuan dan lebih sadar akan tanggung jawab mereka terhadap
masyarakat. Sebuah profesi harus mengawasi tidak hanya latihan anggota-anggota
tetapi juga tingkah laku anggota-anggota tersbut. Seorang profesional
seharusnya juga sangup membuat keputusan-keputusan penting. Dewan pendidiakn,
biasanya memutuskan mata pelajaran apa yang akan diajarkan dan dengan texbook
apa, dan sangat sering kepala sekolah menaikkan dan menentukan kelas
murid-murid. Kebebasan guru-guru juga dibatasi oleh berbagai spesialis
pendidikan, seperti conselor, pengawas dan pelaksana statis. Lumrah apabila
pendidik ingin meningkatkan standing profesional mereka . Salah satu cara ialah
dengan memiliki suara yang lebih besar dalam memilih kolega mereka. Yang lain
adalah dengan memperbaiki kualitas guru-guru.
Otoritas Guru
Pada peralihan abad ini peran orang tua
dan guru dengan tajam dibagi. Guru diharapkan untuk melatih intelek dan seni
sastra. Adalah hak guru untuk memperkembangkan interes khusus dalam diri
siswa-siswanya, tetapi hanya secara formal. Guru-guru harus memperhatikan siapa
teman-teman mereka, kegiatan luas sekolah mereka, serta penyesuaian sosial dan
psikologis. Pada waktu yang bersamaan, jarak sosial antara guru dan murid
menjadi semakin sempit. Secara tradisional guru dianggap sebagai pemelihara
warisan budaya. Tugasnya adalah menyampaiakn elemen-elemen warisan budaya
apapun yang kelihatannya cuklup penting untuk dipelihara. Bagi penganut aliran
progresif tugas guru adalah sebagian yang menyangkut pemeliharaan warisan
budaya, tetapi yang sebagian lagi mempertanyakan tradisi budaya dengan menolong
generasi muda berfikir secara kritis bagi diri mereka sendiri tentang
masalah-masalah dunia dewasa ini. Guru harus menjadi seorang pembimbing yang
akan menolong siswa-siswa yang sedang melakukan explorasi memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya dengan memberi nasehat kepadanya bagaimana
cara memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut.
Menurut kebanyakan pengeritik paham progresif, guru tidak seharusnya menjadi
seorang pembimbing kepada siapa siswa-siswa minta bantuan, tetapi guru-guru seharusnya
menjadi instruktor yang harus didengarnya. Gurulah yang harus memutuskan apa
dan berapa banyak yang harus dipelajari. Pendidik konservatif mempercayai bahwa
hal-hal yang harus dipelajari harus menjadi kriteria untuk menentukan perhatian
apa yang harus dibangkitkan dalam diri siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar