Label

Selasa, 24 Januari 2012

Need Assessment Dalam Proyeksi Kebutuhan Tenaga Dosen


Need Assessment Dalam Proyeksi Kebutuhan Tenaga Dosen
Kajian Teori
A.     Rasionalitas
Saat ini kebutuhan akan tenaga pengajar sangat dibutuhkan disetiap satuan pendidikan bahkan hingga perguruan tinggi sesuai dengan  Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang System pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak suci peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Upaya untuk mencapai tujuan dimaksud guru memiliki peran yang sangat penting, karena itu diperlukan guru yang professional. Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru wajib memiliki kwalifikasi akademik, kompetansi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tugas pendidikan nasional.  Dosen  sebagai pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai peran yang sangat besar dalam mendukung peningkatan kualitas pendidik di sekolah.
Kebutuhan dosen ini harus didukung dengan teori human capital yang menyebutkan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga memperoleh pendapatan dan output lainnya yang dapat dipergunakan pada periode yang lama. Menurut Romer (1996) mutu modal manusia terdiri dari kemampuan, keahlian, dan pengetahuan dari seseorang (pekerja). Dengan demikian menurut ekonomi (barang) secara konvensional, mutu modal manusia adalah sesuatu yang harus dipisahkan/dihargai secara tersendiri.
Dalam perencanaan pendidikan  di Indonesia merupakan suatu proses penyusunan alternatif kebijakan mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional yang mempertimbangkan kenyataan-kenyataaan yang ada di bidang sosial ekonomi sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh terhadap pendidikan nasional.
Perencanaan pendidikan sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan untuk menjadi lebih berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Perencanaan pendidikan akan dapat menolong pencapaian suatu target atau sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Perencanaan dapat membantu pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik dan diperlukan pengetahuan dan kemampuan dari para pelaksananya, perlu pemahaman fungsi-fungsi manajemen yang lain di antaranya kemampuan mengorganisasikan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan. Tanpa perencanaan yang baik maka pencapaian tujuan pendidikan tidak akan dapat dicapai sesuai harapan.
Terjadinya pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri yang diperkirakan akan berlangsung dalam periode pembangunan jangka panjang 25 tahun kedua yang akan datang, menimbulkan kebutuhan peningkatan kemampuan dan keterampilan seperti yang diperlukan dalam pengembangan sektor industri.
Mengenai perubahan komposisi tenaga kerja menurut tingkat pendidikan dapat diperoleh gambaran sebagai berikut. Dengan anggapan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen, maka pada akhir pembangunan jangka panjang 25 tahun kedua, diperoleh proporsi tenaga kerja yang berpendidikan dasar sebesar 52 persen dan yang berpendidikan menengah sebesar 32 persen; sedangkan berpendidikan tinggi sebesar 6 persen dan yang tidak berpendidikan sebesar 11 persen. Bila digunakan anggapan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, maka proporsi tenaga kerja yang berpendidikan dasar akan menjadi 52 persen dan yang berpendidikan menengah akan menjadi 34 persen; sedangkan yang berpendidikan tinggi mencapai 8 persen. Untuk mendapat tingkat tenaga kerja yang tinggi terutama di perguruan tinggi diperlukan sebuah analisis yang mendalam sehingga terlihat gamabaran yang jelas tentang kebutuhan yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan.
Oleh karena itu maka dapat dilaksanakan dengan menggunakan teori perencanaan terutama tentang proyeksi dan need assessment. Dari hasil yang didapatkan dapat digunakan untuk mengetahui sebarapa besar jumlah dosen yang akan dibutuhkan tiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut.

B.      Konstruksi Teori dan Pembahasan
Pengertian Need Assessment
Didalam ensiklopedia evaluasi yang disusun oleh Anderson dan kawan-kawan, analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is). Kondisi yang diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata. Analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas lalu memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan masalahnya. Need Assessment dapat diterapkan pada individu, kelompok atau lembaga (institusi).
Dalam konteks pendidikan kebutuhan dimaksud diartikan sebagai suatu kondisi yang memperlihatkan adanya kesenjangan antara kenyaataan yang ada dengan kondisi yang diharapkan. “Kebutuhan” diartikan sebagai jarak antara keluaran yang nyata dengan keluaran yang diinginkan. Penilaian kebutuhan secara objektif dan secara subjektif. Mengenai kesenjangan yang menunjukkan pada need itu sendiri dapat berhubungan dengan dua hal yaitu:
1.      Ukuran objektif yaitu membandingkan antara tingkat penampilan hasil pengukuran dengan tingkat penampilan yang dipertimbangkan untuk diterima.
2.      Ukuran subjektif yaitu membandingkan tingkat penampilan hasil pengukuran dengan pertimbangan kebutuhan di suatu daerah.

Ukuran objektif dalam need assessment biasanya melalui langkah-langkah berikut:
1.      Mengidentifikasi wilayah tujuan yang dipandang penting dalam system pendidikan.
2.      Memilih atau menentukan ukuran atau indicator untuk wilayah tujuan tersebut.
3.      Menentukan tingkat ukuran.
4.      Mengadministrasikan pengukuran.
5.      Membandingkan tingkat yang diperoleh dengan tingkat yang diterima sebagai ketentuan.

Ukuran subjektif dalam need assessment biasanya berisi sejumlah langkah sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi tujuan yang dipandang penting dalam system pendidikan.
2.      Mempertimbangkan pilihan : memilih atau mengembangkan ukuran untuk wilayah tujuan atau mengadministrasikannya.
3.      Menyusun rating scale untuk mempertimbangkan tingkatan penampilan yang ada dari setiap tujuan yang ditentukan.
English dan Kaufman menulis berikut:
Kebutuhan penilaian adalah prosesmendefinisikan akhir yang diinginkan (atau hasil,produk, atau hasil) dari suatu urutan yang diberikanpengembangan kurikulum ....Kebutuhan penilaian adalah proses darimembuat tertentu, di beberapa dimengerticara, apa yang harus sekolahtentang dan bagaimana dapat dinilai.Kebutuhan penilaian tidak dengan sendirinya sebuahinovasi kurikuler, adalah suatu metodeuntuk menentukan apakah inovasidiperlukan dan / atau diinginkan.Kebutuhan penilaian adalah empirisproses untuk menentukan hasilpendidikan, dan karena itu kemudian menetapkandari kriteria yang mungkin kurikulumdikembangkan dan dibandingkan ....Kebutuhan penilaian adalah sebuah prosesuntuk menentukan validitasperilaku tujuan dan jika standartests atau kriteria referensites sesuai dan di bawah apakondisi.Kebutuhan penilaian adalah logispemecahan masalah-alat dengan manaberbagai cara dapat dipilihdan terkait satu sama lain dalam pengembangan kurikulum.Kebutuhan penilaian adalah alat yangpanen secara resmi kesenjangan antarasaat hasil (atau hasil, produk)dan yang dibutuhkan atau yang diinginkanhasil, tempat ini kesenjangan dalam prioritasketertiban, dan memilih orang-orang kesenjangan (kebutuhan)prioritas tertinggi untuk tindakan,biasanya melalui 'penerapan kurikulum baru atau yang sudah ada atau proses manajemen.
Tahap-tahap Need Assessment
Analisis kebutuhan dilakukan secara bertahap; persiapan, pengumpulan data, analisis data dan interpretasi, deseminasi dan pembuatan laporan.
1)      Persiapan
a.       Mengidentifikasi dan mendeskripsikan tentang audien dan target populasi.
b.      Mengklarifikasi tujuan analisis kebutuhan yaitu meliputi alasan yang dinyatakan (stated reason) yaitu antara lain seleksi perseorangan atau group untuk berpartisipasi dalam program, alokasi dana, dll. dan alasan yang tidak dinyatakan (unstated reason).
c.       Menetapkan cakupan dan tempat analisis kebutuhan.
d.      Menentukan orang yang akan terlibat di dalam pelaksanaan analisis kebutuhan yang meliputi keterlibatan anggota, menjalin komunikasi dengan group tersebut sepanjang studi
e.       Mengembangkan dan memperhatikan isu-isu politik yang urgen yaitu meliputi pelibatan individu dan grup kunci dalam lingkungannya, komunikasi secara terus-menerus, mengidentifikasi dan pendekatan terhadap orang-orang yang berada dalam lingkungan birokrasi.
f.       Mengidentifikasi dan menjelaskan informasi yang dibutuhkan yang meliputi keadaan, program, biaya, kerangka konsep dan dasar filosofi serta indicator keberhasilan.
2)      Pengumpulan Data
a.       Mengumpulkan sumber informasi yang relevan.
b.      Menentukan sampel.
c.       Menentukan prosedur pengumpulan data dan instrument
d.      Menetapkan rencana implementasi dan prosedur observasi.
e.       Mendokumentasi dan menyimpan informasi.
3)      Analisis Data dan Interpretasi
a.       Meriview dan memperbaharui informasi yang telah dikumpulkan.
b.      Mereview informasi dengan grup yang relevan.
c.       Melakukan analisis deskriptik sesuai dengan tipe informasi.
d.      Menilai informasi yang tersedia.
e.       Melakukan analisis.
4)      Deseminasi Hasil Analisis dan Pembuatan Laporan
Data yang telah dianalisis dipresentasikan dan dirumuskan dalam bentuk kebijakan, sebagai rekomendasi. Hasil yang dipresentasikan dalam forum seminar disebut dengan diseminasi hasil evaluasi, dengan peserta, para perencana dan pelaksana program, pimpinan lembaga, pihak sponsor, masyarakat yang terkena program dan stake holder.
5)      Adapun standar yang digunakan untuk mereview dan mengevaluasi rencana laporan berdasarkan Standar Evaluasi Analisis Kebutuhan antara lain:
a.       Standar Kegunaan, yaitu meliputi antara lain: identifikasi audiens, kredibilitas penilai, cakupan informasi, interpretasi penilaian, kejelasan laporan, diseminasi laporan, jadwal laporan dan dampak dari evaluasi.
b.      Standar Feasibility (Kelayakan) yaitu meliputi prosedur praktis, pengakuan secara politis dan efisiensi biaya.
c.       Standar Perilaku, yaitu meliputi kewajiban formal, konflik kepentingan, keterbukaan kepada public, HAM, interaksi manusia, laporan secara seimbang antara pusat, daerah, individual dan instansi, serta tanggung jawab atas anggaran.
d.      Standar Akurasi/Ketepatan, yaitu meliputi identifikasi obyek, analisis konteks, menggambarkan tujuan dan prosedur, kebenaran sumber informasi, pengukuran yang valid dan reliable, control data secara sistematis, analisis informasi kuantitatif, analisis data kualitatif, kesimpulan secara adil dan laporan yang objektif.
Teknik untuk menyelidiki Kebutuhan Organisasi dan Personal
Menggunakan beberapa metode Analisis Kebutuhan. Untuk mendapatkan gambaran yang benar, tidak bergantung pada satu metode. Penting untuk mendapatkan gambaran yang lengkap dari berbagai sumber dan pandangan. Beberapa teknik dasar Analisis Kebutuhan. Menggunakan kombinasi dari beberapa hal ini, sebagaimana mestinya:
a.       Pengamatan langsung .
b.      Kuesioner
c.       Berkonsultasi dengan orang dalam posisi kunci, dan / atau dengan pengetahuan khusus
d.      Tinjauan literatur yang relevan
e.       Wawancara
f.       Kelompok focus
g.       Tes
h.      Catatan & laporan studi
i.        Bekerja sampel
Cara Mengumpulkan Informasi
Pengumpulan informasi dimaksudkan mengetahui secara nyata kondisi yang akan diobservasi, bagaimana model observasi dan bagaimana hasil informasi dicatat dan dianalisis. Proses pengumpulan informasi ikhtisar informasi analisis analisis kebutuhan menurut Stufflebeam (1985) dapat digambarkan sebagai berikut:
Panduan Pertanyaan Analisa Kebutuhan dan Kekuatan Analisa Informasi
1. Hasil apa yang diinginkan dari pendidikan? 2. Hasil yang mana yang diinginkan tercapai dan tidak tercapai? 3. Faktor apa yang mungkin dapat menjelaskan kinerja?
Apa yang dapat dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja agar dapat diterima dan memenuhi syarat untuk meningkatkan kinerja?
Jenis informasi yang akan dianalisis Pernyataan misi, rencana pelajaran, tujuan, keputusan kolektif yang dikehendaki tingkat kinerja, posisi jabatan, kebijakan, waktu pertemuan, undang-undang, pengadilan, hasil survei dan rencana pendidikan individu. Nilai ujian, catatan kegiatan, populasi, karakteristik sekolah, kelas, laporan panitia, hasil survei, statistik pelanggaran, keputusan atasan, dan catatan akademik sekolah menengah.
Catatan kehadiran, data ekonomi-sosial, laporan kunjungan situs, uji data kumulatif , peta informasi, laporan pengamatan sekolah, laporan iklim sekolah, dan teori pendidikan.
Anggaran dan laporan pengeluaran, artikel penelitian, tinjauan penelitian, laporan kunjungan ke kabupaten lain, laporan konsultan, keputusan pengadilan, dan tim advokasi proposal.

Tujuan Analisis
Untuk mengidentifikasi perbedaan dan melihat persaingan dari apa yang diinginkan autcomes untuk kelompok, dan individu subgroups Untuk menilai, merangkum, dan menafsirkan keputusan deskriptif dan informasi, sehingga perbedaaan kinerja dengan tujuan kelompok, dan individu subgroups
Untuk merumuskan dan membuat hipotesis tentang kekuatan dan kelemahan dalam program sekolah yang terkait suatu kinerja yang baik dan dapat diterima atau tidak dapat diterima Untuk mengidentifikasi dan menduga persaingan proposal untuk menangani bertemu dan tidak bertemunya kebutuhan dan memberikan rekomendasi untuk akuisisi sumber daya dan alokasi sumber daya.

Membimbing asumsi
Hasil yang dikehendaki mungkin akan memiliki legitimasi yang berbeda sebagai fungsi dari nilai dan perbedaan perspektif individu. Alternatif dengan analisis biasanya diminta untuk mengambil rekening relevan nilai dan perspektif perbedaan individu
Idealnya, penjelasan kausal harus dikembangkan: realistis . Namun, informasi yang tersedia biasanya hanya diizinkan untuk interpretasi yang beralasan.
Sebelum memusatkan pada strategi solusi, kemungkinan alternatif harus dikaji untuk kelayakan mereka dalam memenuhi kebutuhan kelompok, individu, dan subgroups.

Teknik yang relevan
Analisis konten, teknik Delphi, sistem analisis, pemeriksaan ahli, dan sidang peradilan. Statistik deskriptif, analisis variance, sebuah analisis posteriori, panitia review, norma merujuk analisis, analisis diarahkan pada tujuan-tujuan dan skala analisis. Discriminant fungsi analisis, panitia peninjau, posteriori analisa, meta analisa dan analisis modus operandi. Tim advokasi, musuh / advokasi tinjauan sociodrama, dan analisis biaya.

Contoh Peranan Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan. Perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rosional, perubahan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan warga Negara, kelompok dan individu. Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara “ seperti apa yang ada” dengan “bagaimana seharusnya”.
Tiga langkah penting yang dilakukan oleh guru inovatif dalam menyiapkan rencana pembelajaran dengan memasukkan unsur analisis kebutuhan yang disisipkan di antara pemilihan materi dengan pemilihan strategi pembelajaran, sebagaimana contoh berikut:
Apa yang diajarkan
? Mengapa mengajarkan yang kita ajarkan? Bagaimana mengajarkan?
( Tujuan) (Analisis Kebutuhan) (Cara/media)
1. Ketika guru diserahi tugas mengajar dan akan mulai melaksanakan tugas, seorang guru harus memusatkan perhatian ke arah pencapaian tujuan, lalu memperhatikan materi yang menunjang tujuan serta menentukan cara penyampainnya.
2. Setelah terpilih materi yang akan diajarkan, guru menelaah kembali materi terpilih untuk dicocokkan dengan kebutuhan siswa. Inilah inti perbedaan antara perencanaan pengajaran tradisional dengan perencanaan yang memikirkan kebutuhan siswa.Dalam pendidikan inovatif, peserta didik merupakan focus dari seluruh proses kegiatan.
3. Guru yakin terhadap materi, lalu menentukan strategi yang tepat untuk penyampaian materi tersebut, meliputi: pemilihan cara atau metode, pengelolaan kelas dan media yang digunakan untuk mendukung penyampaian.
Untuk dapat melaksanakan tugas pendidikan baik guru seyogyanya harus paham tentang “alat” dan “tujuan”. Dengan memahami tujuan, maka akan tepat dalam memilih alternative alat untuk mencapainya. Gagal mengidentifikasi “apa” yang akan dicapai sebelum menentukan “bagaimana” mencapainya dengan resiko sesedikit mungkin, dengan biaya sehemat mungkin, akan gagal pula mencapai sukses secara optimal. Analisis kebutuhan merupakan seperangkat alat dan teknik formal, serta cara untuk mencermati dunia secara lebih ilmiah karena memandang alat dan tujuan dalam satu perspektif kesatuan yang bermakna.
C.     Kesimpulan dan Rekomendasi
Bahwa tingkat kebutuhan dimasa yang akan datang sangat besar, banyak persiapan dan perencanaan yang matang untuk menyusun hal tersebut. Dengan mengadopsi manusia mempunyai potensi dan pendapatan maka dosen atau pengajar atau pendidik khususnya di perguruan tinggi harus memiliki kompetensi yang terstandar misalnya seorang dosen harus mempunyai gelar S2 terlebih dahulu, bukan sudah jadi dosen gelar S1 baru belajar lagi untuk memdapatkan gelar S2. Dengan kenyataan tersebut sudah menggambarkan bahwa dosen kita kurang memiliki kualitas unggul hanya covernya saja yang bagus tapi isinya kosong. Jelas dengan begitu pendidikan di Indonesia tidak bisa akan maju mengalahkan negara tetangga bahkan negara yang baru berdiri. Sungguh memprihatinkan wajah pendidikan Indonesia.
Dengan memproyeksi kedepan diharapakan mendapat sebuah gambaran yang jelas untuk penentuan kebutuhan seseuai amanat undang-undang dan keputusan pemerintah yang berpihak pada peningkatan pendidikan yang lebih baik dan bisa sebagai panutan bagi negara lain utnuk belajar ke Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar