Label

Selasa, 24 Januari 2012

PENGATURAN EVALUASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK


A.    Pengertian Evaluasi Hasil Belajar
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily, 1983: 220). Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan (Chabib Thoha, 2003).
Anne Anastasi (1978: 6) mengatakan bahwa evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasakan atas tujuan yang jelas.
Ralph Tyler (1950) yang dikutip dari buku dasar-dasar evaluasi pendidikan oleh Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.Cronbach dan Stufflebeam menambahkan bahwa evaluasi itu juga digunakan untuk membuat keputusan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan evaluasi hasil belajar  peserta didik adalah adalah proses pengumpulan data hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara terencana, sistematik, dan terarah sehingga dapat diperoleh data mengenai hasil belajar para peserta didik, dan dari data tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan.
Dalam kegiatan evaluasi ada tiga istilah penting yang merupakan bagian dari kegiatan tersebut, yaitu pengukuran, penilaian, dan evaluasi (Suharsimi Arikunto, 2003). Pengukuran diartikan sebagai proses untuk menentukan luas atau kuantitas sesuatu (9Wondt, Edwin and G.W. Brown, 1957). Dengan pengertian lain pengukuran adalah suatu usaha untuk mengetahui keadaan hasil belajar peserta didik.  Pengukuran belum banyak memiliki arti sebelum kita melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa dengan cara membandingkan hasil penilaian dengan srandar yang telah ditentukan. Sedangkan istilah evaluasi merupakan kegiatan yang meliputi kedua langkah diatas.

B.     Alasan dan Landasan Evaluasi Hasil Belajar Siswa
Mengutip pendapat Thoha (2003) dalam bukunya Teknik Evaluasi pendidikan, ada dua alasan mengapa evaluasi hasil belajar peserta didik itu harus dilakukan, yaitu :
1.      Tujuan pendidikan akan mengarahkan bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar yang seharusnya dilaksanakan, sekaligus merupakan kerangka acuan untuk melaksanakan kegiatan evaluasi hasil belajar. Proses belajar-mengajar juga berkepentingan akan adanya perumusan tujuan yang baik, dan prosedur evaluasi haruslah memperhatikan pelaksanaan proses belajar-mengajar. Evaluasi memiliki dua kepentingan, yakni untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai dengan baik, dan kedua untuk memperbaiki serta mengarahkan pelaksanaan proses belajar mengajar.
2.      Kegiatan mengevaluasi terhadap hasil belajar merupakan salah-satu ciri dari pendidik profesional. Satu pekerjaan dipandang memerlukan kemampuan profesional bila pekerjaan tersebut memerlukan pendidikan lebih lanjut (Advanced Education) dan latihan khusus (Spesial Training). Pekerjaan pendidik profesional meliputi: menyusun rencana belajar-mengajar, mengorganisasikan, menata mengendalikan, membimbing dan membina terlaksananya proses belajar-mengajar secara relevan, efisien, dan efektif, menilai program dan hasil belajar, dan mendiagnosa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan proses belajar peserta didik sehingga dapat disempurnakannya proses belajar-mengajar selanjutnya.
3.      Landasan adanya evaluasi pendidikan terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 sampai dengan 59.


C.    Tujuan Evaluasi Hasil Belajar
Dr. Muchtar Buchori M.Ed., mengemukakan bahwa tujuan khusus evaluasi itu ada dua, yaitu:
1.      Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah ia menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.
2.      Untuk mengetahui tingkat efisien metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu.
Dengan kemajuan poeseta didik dapat diketahui pula kedudukan mereka dalam kelompoknya, dan dapat dipakai pula untuk mengadakan perencanaan yang realistik dalam mengarahkan dan mengembangkan masa depan mereka. Dengan diketahuinya efektifitas dan efisiensi metode-metode yang digunakan dalam pendidikan, guru telah emndapatkan pelajaran yeng cukup berharga untuk menyempurnakan metode-metode yang sudah baik dan mengatasi kekurangan-kekurangan metode yang tidak efektif.
Adapun tujuan evaluasi secara umum dapat dikaitkan dengan fungsi evaluasi yang dibahas pada pembahasan berikutnya.
Mengutip pendapat Thordike dan Hagen mengenai tujuan evaluasi pendidikan, tujuan dari evaluasi hasil belajar peserta didik itu adalah :
a.       Untuk mengetahui perbedaan kemampuan peserta didik.
b.      Untuk mengukur keberhasilan mereka baik secara individual maupun kelompok.

D.    Fungsi Evaluasi Hasil Belajar
Dilihat dari kepentingan masing-masing pihak, Thoha (2003) mengelompokkan fungsi evaluasi adalah
1.      Bagi guru
a.       Mengetahui kemajuan belajar peserta didik
b.      Mengetahui kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam kelompok
c.       Mengetahui kelemahan-kelemahan dalam cara belajar-mengajar dalam PBM
d.      Memperbaiki proses belajar-mengajar
e.       Menentukan kelulusan peserta didik
2.      Bagi peserta didik
a.       Mengetahui kemampuan dan hasil belajar
b.      Memperbaiki cara belajar
c.       Menumbuhkan motivasi dalam belajar
3.      Bagi sekolah
a.       Mengukur mutu hasil pendidikan
b.      Mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah
c.       Membuat keputusan kepada peserta didik
d.      Mengadakan perbaikan kurikulum
4.      Bagi orang tua
a.       Mengetahui hasil belajar anak
b.      Meningkatkan pengawasan dan bimbingan serta bantuan kepada ananya dalam usaha belajar
c.       Mengarahkan pemilihan jurusan, atau jenis sekolah pendidikan lanjutan bagi anak

E.     Prinsip Evaluasi Hasil Belajar
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1.      Prinsip Utama
a.       Mengidentifikasi tujuan evaluasi.
b.      Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi  patokan penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian dari kurikulum /silabi.
c.       Memilih teknik evaluasi sesuai dengan tujuan yang akan dilayani.
d.      Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
e.       Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
f.       Memakai berbagai teknik evaluasi.
g.      Sadar akan keterbatasan teknik evaluasi yang dipakai.
h.      Menganggap evaluasi sebagai sebuah proses pemerolehan informasi untuk dipakai sebagai dasar bagi keputusan pendidikan.
i.        Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
2.      Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah:
a.       Penilaian hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran yang komprehensif.
b.      Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading)
c.       Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan PAN)
d.      Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar.
e.       Penilaian harus bersifat komparabel.
f.       Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru.

F.     Alat Evaluasi Hasil Belajar (Menurut M.Buchori, 1983)
Dalam pengertian umum alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien.
Jenis-jenis alat evaluasi hasil belajar peserta didik
  1. Wawancara
Pedoman wawancara ini sangat kita perlukan untuk menjaga agar percakapan yang terjadidalam wawancara itu tidak melantur kesana kemari, agar percakapan selalu dapat dikembalikan kepada pokoknya, setiap kali salah satu pihak kelihatan telah terlampau jauh mulai meninggalkanpokok pembicaraan yang sebenarnya.
  1. Observasi
  2. Tes hasil belajar (achievement test)
Suatu tes hasil belajar baru akan merupakan suatu alat yang baik, apabila bahan-bahn yang tercantum dalam test itu benar-benar merupakan pilihan yang representatip, bahan pelajaran yang benar-benar telah diajarkan.
  1. Analisa rasional terhadap suatu hasil belajar (bahan ulangan, bahan ujian dan sebagainya)
Caranya ialah mencontohkan keseluruhan bahan yang terdapat dalam test tadi dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam sumber-sumber tertentu, seperti kurikulum, buku-buku pelajaran, catatan tentang apa yang diajarkan, dan sebagainya.

G.    Teknik Evaluasi Hasil Belajar
1.      Teknik Nontes
Yang tergolong teknik nontes:
a.       Skala bertingkat
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor atau biji nilai yang diberikan oleh guru disekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa.
b.      Kuesioner
Kuesioner juga sering dikenal juga sebagai angket. Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang akan diisi oleh orang yang akan diukur.
Macam kuesioner ditinjau dari beberapa segi
1)      Ditinjau dari segi siapa yang menjawab.
(1)   Kuesioner langsung
Kuesioner yang dikirimkan dan diisi langsung oleh yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
(2)   Kuesioner tidak langsung
Kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya.
2)      Ditinjau dari segi menjawab.
(1)   Kuesioner tertutup
Kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
(2)   Kuesioner terbuka
Kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.
c.       Daftar cocok
Deretan pernyataan yang biasanya singkat dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ditempat yang sudah disediakan.
d.      Wawancara
Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-tanya sepihak.
1)      Wawancara bebas
Responden bisa mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan yang dibuat oleh subyek evaluasi.
2)      Wawancara terpimpin
Wawancara yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu.
e.       Pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Macam observasi
1)      Observasi partisipan
Observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamatan memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
2)      Observasi sistematik
Observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
3)      Observasi eksperimental
Observasi ini terjadi apabila pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.
f.       Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subyek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari obyek yang dinilai.
2.      Teknik Tes
a.       Definisi tes
1)      Drs. Amir Daien Indrakusuma
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis atau obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. 
2)      Muchtar Bukhori
Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.  
3)      Webster’Collegiate
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
b.      Macam tes jika ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa
1)      Tes Diagnostik
Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostik dilakukan terhadap :
(1)   Calon siswa sebagai input dengan tujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk menerima pengetahuan lanjuta.
(2)   Calon yang sudah akan mulai mengikuti program, berfungsi sebagai tes penempatan.
(3)   Terhadap siswa yang sedang belajar.
(4)   Terhadap siswa yang akan mengakhiri pelajaran, untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang diberikan.
2)      Tes Formatif
Adalah tes yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Manfaat tes formatif:
(1)   Manfaat bagi siswa :
(a)    Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mneguasai bahan program secara menyeluruh.
(b)   Merupakan penguatan bagi siswa.
(c)    Usaha perbaikan.
(d)   Sebagai diagnosis.
(2)   Manfaat bagi guru :
(a)    Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.
(b)   Mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa.
(c)    Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan
(3)   Manfaat bagi program :
(a)    Apakah program yang diberikan merupakan program yang tepat atau sesuai dengan kecakapan anak.
(b)   Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan yang belum diperhitungkan.
(c)    Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang dicapai.
(d)   Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.



3)      Tes Sumatif
Adalah tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Manfaat tes sumatif:
(1)   Untuk menentukan nilai
(2)   Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya.
(3)   Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang berguna bagi :
(a)    Orang tua siswa
(b)   Pihak bimbingan dan penyuluhan sekolah.
(c)    Pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja.
4)      Tes formatif dan tes sumatif dalam praktek.
Dalam pelaksanaannya disekolah tes formatif ini merupakan ulangan harian, sedangkan tes sumatif merupakan ulangan umum. Dalam pelaksanaannya tes sumatif disekolah ada yang disamakan antara satu daerah atau wilayah administratif.
(1)   Kebaikan EHB
(a)    Pihak atasan atau pengelola sekolah dapat membandingkan kemajuan sekolah yang ada diwilayahnya.
(b)   Karena dibandingkan antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain maka akan timbul persaingan sehat antar sesamanya.
(c)    Standar pelajaran akan terpelihara dengan dengan sebaik-baiknya.
(2)   Keburukan EHB
(a)    Ada kemungkinan akan terjadi pemberian pelajaran yang hanya berorientasi pada ujian dengan cara memberikan latihan mengerjakan soal yang sebanyak-banyaknya.
(b)   Tidak menghiraukan jika terjadi beberapa bentuk kecurangan karena ada sekolah yang ingin mendapat nama baik.

H.    Merakit, Melaksanakan, Dan Menskor Tes Kelas
Sebelum Dirakit,guru telah menulis dan memilih sampel butir tes tertentu untuk dimasukkan didalam sebuah tes sesuai dengan tabel spesifikasi yang tersedia. Perakitan teks mencakup penyediaan petunjuk tes, pengetikan tes, pengaturan butir tes,dan reproduksi tes.
  1. Petunjuk tes
Petunjuk tes perlu karena member informasi kepada sisiwa apa yang mesti dilakukan, bagaimana dilakukan, dan bagaimana jawaban yang direkam.
a.       Mengatur butir-butir tes.
Sebelum mereproduksites, pembuatannya masihmempunyai kesempatanterakhir untukmereviu dan mengedit butir tes dan petunjuknya. Dalam tahapakhir perakitan cacat – cacat yang terlihat seperti kejelasan, kesingkatan,kemenduaan arti, dan kesalahanbahasa dapat diperbaiki dalam penulisan akhir.
b.      Mereproduksi Tes
Tes haruslah direproduksi pada suatu halaman kertas sehingga tidak nampak tembus kebalik. Untuk tes dikelas biasanya reproduksi ini memakai mesin stensil. Foto offset dipakai jika jumlah tes yang direproduksi besar sekali.
  1. Pelaksanaan Tes
Mengatur tempat untuk pelaksanaan tes adalah tanggung jawab guru kelas. Perhatian harus diberikan pada pengaturan fisik dan aspek psikologis yang mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan tes. Efeknya terhadap pada perasaan siswa dan kenyamanan fisik siswa akan terlihat atau tercermin dalam hasil tes.
a.       Kondisi Fisik
Kondisi fisik pelaksanaan tes haruslah menyenangkan bagi semua siswa. Kondisi fisik atau ruangan seperti ini siswa akan merasa nyaman dan tenang serta penuh perhatian atau pengertian dalam setiap mengerjakan tes.
b.      Pemanasan Dan Ventilasi
Temperatur atau suhu dalam ruangan tes harus cocok dengan kebanyakan peserta tes dan temperatur ini sangat berpengaruh dengan kondisi belajar siswa.
c.       Cahaya
Ruangan ujian harus mempunyai penerangan yang cukup.
d.      Gangguan
Semua gamgguan dari luar harus dihindarkan secara bijaksana karena hal ini bisa mempengaruhi penampilan peserta ujian.
e.       Aklimatisasi
Tes sebaiknya dilaksanakan dikelasnya masing-masing karena siswa akan merasa lebih enak dengan lingkungan biasanya.
f.       Efek Psikologis
Suasana rileks dalam pelaksanaan tes akan dapat dikembangkan dalam lingkungan kelas yang biasa, karena guru dapat mempersiapkannya jauh-jauh hari sebelumnya.
Aspek psikologis mengikuti tes sangat berkaitan dengan kecemasan. Penderitaan mental seperti ini berasal dari pengalaman negative waktu mengikuti tes pada masa lalu.
  1. Penskoran
Penskoran tes menyusul pelaksanaan tes dapat dilakukan dengan mudah jika perencanaan telah dibuat.
a.       Prosedur Penskoran
Prosedur penskoran yang baik adalah menskor tes diluar kelas, dan pertemuan berikut dapat dipakai untuk mendiskusikan tes yang paling sering dijawab salah. Pendekatan seperti ini akan menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang memperjelas berfikir siswa dan memberi informasi yang bergina bagi guru.


b.      Prosedur analitis
Guru setelah menuliskan pertanyaan esai, segera mempersiapkan model jawaban. Garis-garis besar dari unsur-unsur utama yang akan diidentisifikasi dalam jawaban siswa disediakan. Dalam proses mempersiapkan jawaban ini hendaknya guru mengganti kata-kata dalam tes agar dapat memancing jawaban yang diharapkan. Faktor-faktor dalam tes esei mungkin dapat dipertimbangkan pada waktu menilainya, seperti organisasi susunan kalimat, metode yamg dipakai, ketelitian, kelengkapan jawaban, ketelitian ekspresi, dan kharakteristik lain yang dianggap penting oleh guru.
c.       Prosedur menyeluruh
Cara lain menskor tes esai adalah menilai jawaban melalui kesan menyeluruh tanpa mengidentifikasi hal-hal tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya harus dimaksukkan dalam jawaban. Prosedur ini meminta penskor membaca jawaban dengan cepat agar memperoleh kesan secara kurang menyeluruh, lalu menggolongkan kertas jawaban sesuai dengan kategori dan kwalitas jawaban.Bila pengoreksian jawaban kurang sesuai maka dilakukan pengoreksian kedua kalinya atau bisa ketiga kalinya.
d.      Pertimbangan umum
Lepas dari prosedur penilaian yang diikuti untuk tes esai, guru harus menyadari bahwa unsur waktu yang dperlukan dalam penskoran makin gentingdengan makin banyaknya kertas yang diperiksa dan oleh alasan ini barangkali beberapa pertanyaan esei itu perlu dipertimbangkan untuk diubah menjadi pertanyaan memilih jawaban.Tentunya dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan berikut :
1)      Berilah nilai tanpa melihat nama siswa
2)      Pada waktu menilai berilah nilai pada jawaban tiap nomer butir tes sebelum berlanjut ke nomer berikutnya.
3)      Berilah nilai pada semua jawaban pada waktu yang sama.
4)      Bandingkanlah kriteria penilaian dengan jawaban.
5)      Jika mekanisme penulisan dan analisa ekspresi juga dinilai,maka ini harus dinilai terpisah dari jawaban.
6)      Semua jawaban atas sebuah butir tes harus ditulisdalam halaman terpisah.
7)      Berilah umpan balik kepada siswa dengan menuliskan komentar dan perbaikan kesalahan pada kertasnya.
8)      Dua penilai yang independen akan memperkuat reliabilitas tes esei.
    
I.       Sistem Penilaian Hasil Belajar
Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional membawa implikasi terhadap model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas. Sehingga menghasilkan system penilaian yang berbasis kelas yang disebut juga dengan penilaian kelas. Penilaian ini dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi dan indicator yang dinilai.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dijalankan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai tekni, yaitu:
1.      Penilaian untuk kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti ; praktik di laboratorium, praktek sholat, praktek olah raga, bermain peran, memainkan alat music, bernyanyi membaca puisi/deklamasi, dan lain-lain
Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrument sebagai berikut:


a.       Daftar Cek (Check-list)
Contoh :
Penilaian lompat Jauh Gaya Menggantung
Nama peserta didik:……………………….. Kelas:……………….
No
Aspek Yang Dinilai
Baik
Tidak Baik
1
Teknik awalan


2
Teknik tumpuan


3
Sikap/posisi tubuh saat di udara


4
Teknik mendarat


Skor yang dicapai


Skor maksimum


Tabel : I.1.a.
b.      Skala Sikap (Rating Scale)
Contoh
Penilaian lompat Jauh Gaya Menggantung
Nama peserta didik:……………………….. Kelas:……………….
No
Aspek Yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Teknik awalan




2
Teknik tumpuan




3
Sikap/posisi tubuh saat di udara




4
Teknik mendarat




Jumlah Scor




Scor maksimum
16
Tabel : I.1.b.
Keterangan Penilaian :
1=tidak kompeten; 2=cukup kompeten; 3=kompeten; 4=sangat kompeten
2.      Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan dengan mengamati sikap peserta didik. Secara umum, obyek sikap yang perlu di nilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah :

a.       Sikap terhadap materi pelajaran
b.      Sikap terhadap guru/pengajar
c.       Sikap terhadap proses pembelajaran
d.      Sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran
Dalam melakukan penilaian sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara atau teknik,yaitu :
1)      Observasi perilaku
Contoh format penilaian sikap dalam praktek IPA
No
Nama Siswa
Perilaku
Nilai
Ket
Bekerja sama
Penuh perhatian
Bekerja sistematis
Berinisiati
1
Ruri






2
Indah






Tabel : I.2.
Catatan:
(1)   Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kreteria berikut.
1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = sedang
4 = baik
5 = amat baik
(2)   Nilai merupakan jumlah dari skor-skor tiap indikator perilaku
(3)   Keterangan diisi dengan kriteria berikut :
(a)    Nilai 18 – 20 berarti amat baik
(b)   Nilai 14 – 17 berarti baik
(c)    Nilai 10 – 13 berarti kurang
(d)   Nilai 6 – 9 berarti kurang
(e)    Nilai 0 – 5 berarti sangat kurang
5)      Pertanyaan langsung
Contoh : Guru melemparkan pertanyaan kepada murid-murid dengan pertanyaan ‘Apa yang harus kalian lakuka untuk menjaga ketertiban kelas kita ?”
Dari pertanyaan tersebut masing-masing peserta didik akan memberikan jawaban yang bervariai baik dari segi jumlah maupun kualitas jawabannya.
3.      Penilaian tertulis
Penilaian tertulis dilakukan dengan tes tertulis dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.
4.      Penilaian proyek
Penilaian proyek merupakan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengoragniasaian, pengolahan, dan penyajian data. Didalam penilaian
Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan yaitu :
a.       Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topic, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b.      Relevansi, yaitu kesesuaian mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan dalam pembelajaran.
c.       Keaslian, yaitu proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya.
Dalam penilaian proyek dapat menggunakan alat/instrument penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
5.      Penilaian Produk
Penilaian produk yaitu penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni.



6.      Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
Yang harus diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
a.       Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu snediri
b.      Saling percaya antara guru dan pendidik
c.       Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
d.      Milik bersama antara guru dan peserta didik
e.       Kepuasan
f.       Kesesuaian
g.      Penilaian proses dan hasil
h.      Penilaian dan pembelajaran
7.      Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dngen status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari.

J.      Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)/ Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)
Standar ketuntasan belajar minimal adalah batas ketuntasan yang harus dicapai oleh siswa untuk setiap kompetensi dasar pada semua mata pelajaran. Standar ketuntasan minimal pada tiap kompetensi dasar ditentukan oleh guru berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain:
1.      Kompleksitas materi
2.      Intake siswa
3.      Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah
Dengan demikian maka setiap kompetensi dasar itu mempunyai standar ketuntasan belajar yang berbeda dengan yang lain, sehingga setiap SKBM tiap mata pelajaran diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
      
Di dalam peraturan menteri nomor
Pendidikan nasional republic Indonesia nomor 23 tahun 2006 disebutkan pula standar mengenai kompetensi kelulusan peserta didik pada pasal 1 disebutkan bahwa :
  1. Standar Kompetesi Kelulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedomn penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik
  2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana disebutkan pada ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidika dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

K.    Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT)
Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam hubungannya dengan performans kelompok peserta yang lain yang telah mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain yang mendasar antara pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar performan yang digunakan.
Pada pendekatan acuan norma standar performan yang digunakan bersifat relatif. Artinya tingkat performan seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya; Tinggi rendahnya performan seorang siswa sangat bergantung pada kondisi performan kelompoknya. Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan ialah norma kelompok. Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan sekor (performan) siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti. Kekurangan dari penggunaan standar relatif   diantaranya :
1.      Dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki sekor yang tinggi, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi untuk mendapatkan nilai A atau B. Situasi seperti ini menjadi baik bagi motivasi beberapa siswa.
2.      Standar relatif membuat terjadinya persaingan yang kurang sehat diantara para siswa, karena pada saat seorang atau sekelompok siswa mendapat nilai A akan mengurangi kesempatan pada yang lain untuk mendapatkannya.
Contoh:
Satu kelompok peserta tes terdiri dari 9 orang mendapat skor mentah:
50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30
Dengan menggunakan pendekatan PAN, maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10, sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6
Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase jawaban benar. Kemudian kepada persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.

L.     Kegunaan Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
  1. Kegunaan evaluasi hasil belajar (menurut buku dasar – dasar evaluasi pendidikan karangan Prof. Dr. Suharsimi Arikunto)
a.       Kegunaan evaluasi pembelajaran bagi guru:
1)      Sebagai pertanggungjawaban kinerja guru secara profesional kepada stakeholder
2)      Pengendalian program yang sedang berjalan
3)      Penyempurnaan siklus berikutnya
b.      Kegunaan evaluasi pembelajaran bagi siswa:
1)      Sebagai pertanggungjawaban kinerja siswa (hasil belajar) secara profesional kepada diri sendiri, orangtua dan lingkungan.
2)      Pengendalian program belajar siswa (pengendalian diri)
3)      Penyempurnaan siklus belajar berikutnya (mencapai target belajar
2.      Kegunaan EHB secara umum memiliki dua fungsi yaitu:
a.       Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini test berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu
b.      Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, karena melalui test tersebut dapatdiketahui seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai.
3.      Kegunaan Evaluasi Hasil Belajar
a.       Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu :
1)      Memahami sesuatu : mahasiswa (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen
2)      Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan masalah, dll
3)      Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM
b.      Secara lebih khusus evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti  siswa, guru, dan kepala sekolah.
c.       Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan

M.   Kebijakan – Kebijakan Ujian Akhir Nasional
UAN merupakan pengganti dari EBTANAS (Evaluasi Tahap Akhir Nasional) yang memiliki tujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam bidang akademis dengan standar nasional sebagai syarat kelulusan siswa. Alasan yang dimunculkan oleh pemerintah terkait dengan pelaksanaan UAN ini adalah peningkatan mutu pendidikan yang masih jauh tertinggal dengan bangsa lain agar dapat mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Pemberlakuan ujian nasional ini mengacu pada PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007.
Kebijakan UAN :
1.      Meningkatkan kualitas standar mutu pendidikan dan menghasilkan lulusan yang berkualitas.
2.      Mengubah standar kelulusan setiap tahunnya agar tidak tertinggal oleh negara lain.
3.      Proses pengawasan ujian nasional dilakukan secara silang tidak berasal dari sekolah tersebut melinkan dari sekolah lain.
4.      Peserta ujian dibebaskan dari biaya mengikuti UAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar