Label

Rabu, 13 Juni 2012

Gaya Mengajar 2

Pengertian Gaya Mengajar
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar anak (Hamalik, 2010:58). Sedangkan Manen (dalam Marzuki, 1999:21), mengatakan bahwa “gaya mengajar adalah ciri-ciri kebiasaan, kesukaan yang penting hubungannya dengan murid bahkan gaya mengajar lebih dari suatu kebisaaan dan cara istimewa dari tingkah laku atau pembicaraan guru atau dosen”. Gaya mengajar mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan.
Dari pendapat-pendapat tersebut gaya mengajar dapat disimpulkan sebagai ciri yang melekat pada seorang guru atau dosen yang dipengaruhi oleh pandangan dari dirinya sendiri dilihat dari cara penampilan dan perilaku dalam menyampaikan suatu materi kepada siswa atau mahasiswa.



2.    Jenis-jenis Gaya Mengajar
Dalam pembelajaran di kelas guru atau dosen mempunyai karakteristik tertentu dalam menyampaikan mata kuliah yang dibimbingnya. Karakteristik tersebut adalah gaya mengajar. Gaya mengajar merupakan salah satu faktor tersampaikannya materi yang diajarkan kepada siswa atau mahasiswa. 
Menurut pendapat Ali (2008:59), gaya mengajar dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi dan interaksional, dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu:
a.    Gaya Mengajar Klasik
Proses pengajaran dengan gaya klasik berupaya untuk memelihara dan menyampaikan nilai-nilai lama dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Isi pelajaran berupa sejumlah informasi dan ide yang paling popular dan dipilih dari dunia yang diketahui anak. Peran guru disini sangat dominan, karena dia harus menyampaikan bahan. Oleh karenanya guru harus ahli (expert) tentang pelajaran yang dipegangnya, dengan demikian proses pengajaran bersifat pasif, yakni siswa diberi pelajaran.
b.    Gaya Mengajar Teknologis
Peranan guru hanya sebagai pemandu (guide), pengarah (director) atau pemberi kemudahan (facilitator) dalam belajar karena pelajaran sudah di program sedemikian rupa dalam perangkat, baik lunak(software) maupun keras (hardware).
Selain itu dalam Jogiyanto (2006:103), “dengan memahami perannya, dosen akan dapat mengarahkan diskusi kasus dengan benar, mengawasinya, mendorong munculnya ide-ide, merespon pertanyaan-pertanyaan dengan semestinya dan dapat menjadi pendengar yang baik”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dosen mempunyai peran sebagai, pengarah, pengawas, pendorong munculnya ide, merespon dan menjadi pendengar yang baik.
Menurut Sardiman (2001:176) kegiatan recording pada guru meliputi daftar presensi, catatan tugas, sosiometris siswa, partisipasi siswa, dan data pribadi siswa. Dalam gaya mengajar teknologis dosen mempunyai catatan tentang kegiatan mahasiswa dalam bentuk file.
c.    Gaya Mengajar Personalisasi
Ciri gaya ini adalah guru harus mempunyai kemampuan dalam mengasuh, ahli dalam psikologi dan metodologi, serta bertindak sebagai narasumber (resource person). Adapun bahan pelajaran disusun dan muncul berdasarkan atas minat dan kebutuhan siswa secara individual.
Dalam pengajaran personalisasi dosen diharapkan dapat memfasilitasi kebutuhan dari mahasiswa, hal tersebut sesuai dengan pendapat Sagala (2006:152) yang dapat disimpulkan sebagai berikut setiapa anak mempunyai minat yang berbeda-beda sehingga dalam hal pembelajaran, bahan ajar dan penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan anak. Dalam gaya mengajar personalisasi dosen mempunyai peran sebagai psikolog bagi mahasiswa hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2001:173), “dalam tugas dan peranannya di sekolah guru juga sebagai pembimbing ataupun konselor/penyuluh”.
d.   Gaya mengajar interaksional
Guru dalam hal ini menciptakan iklim saling ketergantungan dan timbulnya dialog antar siswa. Siswa belajar melalui hubungan dialogis. Dia mengemukakan pandangannya tentang realita, juga mendengarkan pandangan siswa lain.
Menurut Sagala (2009:179), beberapa langkah yang dapat di tempuh guru dalam model interaksi sosial adalah sebagai berikut, (1) Guru memberikan masalah situasi sosial kepada siswa, (2) siswa dengan dibantu oleh guru menelusuri berbagai macam masalah dalam situasi tersebut, (3) siswa diberikan tugas untuk memecahkan, menganalisis , dan mengerjakan sesuai dengan situasi tersebut, (4) siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah, (5) siswa membuat kesimpulan hasil diskusi dan, (6) kemudian membahas kembali hasil yang telah diperoleh.
Dalam gaya mengajar interaksional ini dosen harus memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang aktif dalam mengemukakan pendapat, hal tersebut seperti pendapat Sardiman (2001:90) yang dapat disimpulkan sebagai berikut, untuk menumbuhkan motivasi hal yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut, memberi angka, hadiah, saingan, ego-involment, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui.
Selain hal tersebut dosen harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, hal tersebut sesuai dengan pendapat Sagala (2009:112) “dengan suasana belajar yang menyenangkan ini akan memotivasi belajar lebih aktif”.  Dalam gaya mengajar ini mahasiswa bebas mengeluarkan pendapat terkait dengan gaya mengajar dosen seperti yang dikemukakan Mursel dan Nasution (2008:117), “evaluasi yang baik menginginkan evaluasi diri oleh murid”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dosen membutuhkan mahasiswa untuk mengevaluasi gaya mengajarnya.
Pada sekarang ini umumnya gaya mengajar dosen atau guru lebih mengedepankan proses dialog antara siswa atau mahasiswa dengan guru atau dosen. Hal tersebut bisa dilihat pada waktu perkuliahan dimana guru atau dosen sering mengadakan diskusi untuk membahas suatu materi atau untuk memecahkan suatu masalah, tetapi terdapat juga dosen atau guru yang mengajar dengan  menggunakan gaya lama, misalnya hanya menyampaikan materi tanpa ada forum diskusi.

1 komentar: